Header Ads

FEAR ke J.Storm, Umur Tak Halangi Karir di DOTA 2


SportBook88 - Clinton Loomis, atau dikenal dengan nickname "Fear", adalah veteran DOTA 2 dari Amerika Serikat. Beragam titel telah diraihnya termasuk gelar Aegis of Champion dari The International 2015. Pelayan setia Evil Geniuses yang sempat pensiun akibat cidera pergelangan tangan kini temukan pelabuhan baru di J.Storm.
J.Storm jadi salah satu tim kejutan karena berhasil mengamankan spot di Chongqing Major. Mereka bahkan mengalahkan Forward Gaming dan Evil Geniuses untuk jadi tim pertama yang berangkat ke Major kedua musim ini. Fear masih belum jadi bagian J.Storm kala itu, tapi kemudian dia didekati untuk menggantikan MiLAN yang berposisi sebagai support.
Fear pun menerima tawaran tersebut meski banyak yang menyangsikan kemampuannya bila mengingat usianya yang sudah menginjak kepala tiga (31 tahun). Usia yang dianggap tak lagi prima di kancah esports. Namun Fear menuliskan pengalaman dan stigma terhadap dirinya menyusul keputusan "old man doto" gabung di J.Storm.
Ringkasnya, Fear tak menganggap usia sebagai pembatas karir seseorang menjadi pemain esports yang sukses. Ia mencontohkan beberapa pemain basket seperti LeBron James (33 tahun), Stephen Curry (30), hingga Tom Brady (41) yang masih bersaing di level kompetisi tertinggi bahkan didaulat sebagai kumpulan pemain NBA terbaik saat ini.
Fear justru merasa tak mengerti dengan keputusan orang yang berhenti bermain DOTA 2 secara profesional dikarenakan "ketuaan". Kebanyakan orang percaya dengan stigma tersebut, dan hal itu mempengaruhi perasaan mereka hingga akhirnya keyakinan atas diri sendiri memudar.
"Saya mendengar argumentasi yang mengatakan reflek seseorang dalam bermain game akan semakin payah seiring bertambahnya usia, tapi saya sering melakukan permainan tes reaksi melawan pemain lebih muda seperti Sumail, dan aku tetap mampu 'mengajarinya' meski usia kami terpaut 11 tahun," tulis Fear.
Fear ingin dirinya menjadi contoh bagi pemain lain yang berhenti hanya karena merasa sudah tua. Seperti kisahnya yang memang menjadi insipirasi bagi ratusan gamer asal NA yang menganggap Fear sebagai pionir dan wajah DOTA 2 di Amerika.
Tulisan ini pun mendapat banyak apresiasi dari kalangan gamer dan umum, seperti Dendi yang sepertinya menemukan penguatan untuk tetap berkompetisi berkat tulisan dari Fear. Umur esports sendiri memang masih muda bila dibandingkan dengan olahraga tradisional lainnya, meski demikian DOTA 2 sudah menjadi cabang esports yang awet dan terus melahirkan bintang serta turnamen di tiap tahunnya semenjak menghelat TI perdananya tahun 2011.
Satu-satunya yang bisa menghalangimu meraih mimpi menjadi gamer pro cuma kamu sendiri, keep fighting Sobat Esports!

No comments

Powered by Blogger.